PENGERTIAN DAN SEJARAH GERAKAN NON BLOK
- Sejarah gerakan non blok
Gerakan ini dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) yang dihadiri 25 negara dari Asia, Afrika, Eropa, dan Latin Amerika
diselenggarakan di Biograd (Belgrade), Yugoslavia pada tahun 1961. Pemimpin
kharismatik dari Yugoslavia, Presiden Broz Tito, menjadi Pimpinan pertama dalam
Gerakan Non-Blok. Sejak pertemuan Belgrade tahun 1961, serangkaian Konferensi
Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok telah diselenggarakan di Kairo, Mesir (1964)
diikuti oleh 46 negara dengan anggota yang hadir kebanyakan dari negara-negara
Afrika yang baru meraih kemerdekaan, kemudian Lusaka, Zambia (1969), Alzier,
Aljazair (1973) saat terjadinya krisis minyak dunia, Srilangka (1977), Cuba
(1981), India (1985), Zimbabwe (1989), Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan
terakhir di Malaysia pada tahun 2003. Dengan didasari oleh semangat Dasa Sila
Bandung, maka pada tahun 1961 Gerakan Non Blok dibentuk oleh Josep Broz Tito,
Presiden Yugoslavia saat itu.
- Pengertian geakan non blok
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah merupakan suatu organisasi
internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak
menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun.
Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun
1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas
teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan
mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme,
rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi
atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik. Mereka
merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB.
Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT)
Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India,
Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.
Pengertian Dan Sejarah Gerakan Non-Blok
Anggota-anggota penting yang tergabung Dalam Gerakan
Non-Blok (GNB) di antaranya adalah Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia,
Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk
suatu masa, Republik Rakyat Tiongkok. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk
menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara
anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak
anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya
tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada
masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan
Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan
terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India
dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni
Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet
mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas
muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya
perjanjian nonintervensi.
Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru Pertama kali
mengatakan Penggunaan istilah “Non-Alignment” (Tidak Memihak) Pada saat
pidatonya di Srilangka tahun 1954. Isi pidato tersebut, menjelaskan bahwa lima
pilar prinsipil, empat pilar diantaranya disampaikan oleh Petinggi Tiongkok
Chou En-lai, yang dijadikan pedoman bagi hubungan antara Tiongkok dengan India.
Lima prinsip itu disebut dengan “Panchshell”, yang kemudian menjadi basis dari
Gerakan Non-Blok. Kelima prinsip tersebut adalah:
- Saling menghormati kedaulatan teritorial
- Saling tidak melakukan agresi
- Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri
- Setara dan saling menguntungkan, serta
- Berdampingan dengan Damai
Berdasarkan penjelasan di atas, maka keberadaan Gerakan
Negara-Negara Non-Blok secara tegas mengacu pada hasil-hasil kesepakatan dalam
Konferensi Asia-Afrika di Bandung 1955. Penggunaan istilah bangsa-bangsa
non-blok atau “tidak memihak” adalah pernyataan bersama untuk menolak melibatkan
diri dalam konfrontasi ideologis antara Barat-Timur dalam suasana Perang
Dingin. Lebih lanjut, bangsa-bangsa yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok lebih
memfokuskan diri pada upaya perjuangan pembebasan nasional, menghapuskan
kemiskinan, dan mengatasi keterbelakangan di berbagai bidang. Dengan demikian,
jelas terang bagi kita besarnya kontribusi Konferensi Bandung bagi perkembangan
Gerakan Non-Blok sebagai gerakan politik dari negara-negara yang menentang
perang dingin.
0 comments:
Post a Comment